Berbagi Informasi Dari Sang Fakir Ilmu, Let's Join ...

Sabtu, 12 Maret 2011

TELAAH KURIKULUM

Share this history on :


1.      Menelaah Kurikulum Berdasarkan Landasan Penyusunan Kurikulum
                        I.      Landasan Penyusunan Kurikulum
a.    Asas Psikologi
              Dalam ensiklopedia Indonesia asas berarti kebenaran atau pendirian, atau yang dijadikan pokok suatu keterangan. Asas psikologi berarti kegiatan yang mengacu pada hal-hal yang bersifat psikologi. Havighurs mengemukakan, bahwa kebutuhan anak tergantung pad fase-fase perkembangan. Piaget berpendapat bahwa perkembangan anak untuk tiap-tiap tahap mempunyai perkembangan yang berbeda-beda. Spranger mengungkapkan bahwa jiwa terbagi menjadi dua, yaitu jiwa yang bersifat subjektif dan jiwa yang bersifat objektif. Jiwa objektif terpampang pada fenomena kebudayaan, agama, dan seni. Berbagai aspek lapangan hidup tersebut perlu mendapat perhatian bagi para pengembang kurikulum untuk dijadikan pertimbangan isi berbagai bahan ajar.

b.    Asas Sosiologis
               Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejala social hubungan antara individu dengan individu, antar golongan, lembaga social yang disebut juga ilmu masyarakat. Di dalam kehidupan sehari-hari anak selalu bergaul dengan lingkungan atau dunia sekitar. Dunia sekitar merupakan lingkungan hidup bagi manusia. Pada dasarnya  dunia sekitar manusia dapat digolongkan menjadi tiga bagian besar yaitu.
1.        Dunia alam kodrat
Dunia alam kodrat yaitu segala sesuatu di luar diri manusia yang bukan buatan manusia, misalnya gunung, lautan, cuaca, sungai, hutan lebat dan sebagainya. Pengaruh dunia ini terhadap manusia sangat kuat, sebab masuknya secara wajar. Untuk mengubah dan menjinakkan pengaruh tersebut manusia berusaha dengan menggunakan jasa ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam penyusunan isi bahan pelajaran alam kodrat banyak memberi inspirasi untuk dipelajarinya. Kurikulum hendaknya dapat merangsang para yang bersangkutan untuk berusaha menguak dan menggunakan isi serta pengaruh alam kodrat untuk kesejahteraan manusia. Misalnya menggunakan sinar mata hari, gelombang laut, gas alam untuk membangkitkan tenaga listrik, memanfaatkan air sungai menjadi irigasi, memanfaatkan kekayaan dalam bumi menjadi bahan-bahan tambang yang berharga dan sebagainya. Dengan demikian penyusunan kurikulum hendaknya berusaha untuk memasukkan problem-problem yang berupa gejala-gejala dalam alam kodrat pada lembaga pendidikan yang sesuai, dimulai dari gejala yang paling sederhana sampai dengan yang sangat kompleks dengan cara pendekatan secara langsung mulai dari observasi, survey sampai dengan penelitian yang serius dengan didasari pengalaman dan teori-teori yang mendukung sehingga dapat diarahkan kebutuhan masyarakat laus.
2.        Dunia sekitar benda-benda buatan manusia
Dunia sekitar benda-benda buatan manusia ini dapat dibuat oleh manusia untuk keperluan pemuasan kebutuhan manusia, yang dapat berupa yang paling sederhana sampai yang sangat kompleks. Misalnya meja, kursi, alat makan sampai dengan alat-alat elektronik (mulai dari alat-alat pijat, telpon, radioa, sinar X, radar, TV, computer, internet sampai alat-alat ruang angkasa) dan sebagainya. Dengan demikian atas dasar landasan ilmu pengetahuan dan diolah dengan keterampilan baik pisik maupun psikis akan melahirkan teknologi yang canggih, perlu diajarkan pada lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai, agar dapat menghasilkan segala sesuatu yang menjadi sarana/prasarana pada masyarakat.
3.        Dunia sekitar manusia
Dunia sekitar manusia ini merupakan dunia sekitar yang paling kompleks, selalu berubah dan dinamis. Interaksi antara individu yang satu dengan yang lain terjadi saling aktif. Oleh karena itu agar interaksi dapat berjalan dengan tertib diadakan norma-norma, baik yang tertulis maupun tidak tertulis (adat istiadat). Dalam pergaulan inilah masing-masing individu saling mendewasakan diri, di mana yang satu dengan yang lain saling to take and to give. Lajunya jumlah penduduk, terutama pada Negara berkembang akan menimbulkan berbagai  model sekolah. Misalnya: Sekolah Dasar Pamong, SMP Terbuka, Universitas Terbuka, dan berbagai sekolah aktif seperti: Sekolah  Aktif, Sekolah Kerja oleh John Dewey (USA), Metode Aktif oleh Ovide Decroly (Belgia), CBSA, dan sebagainya.
c.       Asas IPTEKS
                        Ilmu pengetahuan dan teknologi satu sama lain tidak dapat dipisahkan sebab ilmu pengetahuan. Kadang-kadang suatu karya penemuan yang sekarang telah berkembang menjadi canggih, mula-mula hanya ditemukan secara kebetulan bahkan secara trial and erroro . Misalnya penemuan mesin uap oleh James Watt. Dahulu kala nenek moyang kita kalau mau mengangkat kayu dari hutan ke rumah mula-mula dengan cara dipanggul, ternyata dirasa terlalu berat, kemudian timbul pemikiran dengan cara ditarik, kemudian timbul pemikiran lebih lanjut kayu tersebut diganjal dengan kayu penggamnjal di bawahnya. Akhirnya lahirlah roda dengan asnya yang sekarang dapat merubah wajah dunia, lahirlah berbagai kemajuan transportasi industry-industri pertambangan, pertanian, pertahanan dan sebagainya.
Jadi karya yang dihasilkan oleh cipta, rasa, dan karsa oleh seseorang akan menghasilkan kreativitas atau teori, sedang kalau yang berkatya tersebut raganya akan menghasilkan sautu keprigelan atau keterampilan. Kalau kekreatifan tersebut bertemu dengan keterampilan, hasilnya adalah jasa teknologi. Dengan demikian sudah selayaknyalah kalau para penyusun kurikulum terutama dalam pemasukkan bahan ajar hendaknya bersifat dinamis dan fleksibel terhadap perkembangan teknologi.

d.    Asas Filsafat
                        Asas filosofis dalam penyusunan kurikulum, berarti bahwa dalam penysunan kurikulum hendaknya berdasar dan terarah pada filsafat bangsa yang dianut. Filsafat atau falsafat berasal dari bahasa Yunani philoshopis, philo, philein yang berate cinta, pecinta, mencintai, sedang Sophia berarti kebijaksanaan, wisdom, kearifan, hikmat, hakikat kebenaran. Ada berbagai pengertian filsafat, yaitu sebagai berikut.
1.        Filsafat dalam arti proses atau produk
2.        Filsafat sebagai ilmu atau pandangan hidup
3.        Filsafat dalam arti teori atau praktis
Dalam hal ini prinsip-prinsip ajaran filsafat yang dianut oleh suatu bangsa seperti Pancasila, kapitalism, sosialism, fasism, komunism, dan sebagainya dapat digolongkan sebagai falsafah dalam arti produk/sebagai pandangan hidup dan falsafah dalam arti praktis.
Sistem nilai inilah yang akan menjiwai untuk semua kegiatan yang akan dilakukan tiap-tiap individu. Seorang yang mengikuti faham demokratis. Ia tunduk terhadap suara terbanyak, menghargai perbedaan pendapat, menghargai hak-hak asasi manusia, mempersilakan terlebih dahulu buat yang punya hak dan sebagainya.
Pandangan hidup bangsa Indonesia adalah Pancasila. Dengan sendirinya segala kegiatan yang dilakukan baik oleh berbagai lembaga maupun oleh perorangan, harapannya tidak boleh bertentangan dengan asas Pancasila, termasuk dalam kegiatan penyusunan kurikulum.
Ada empat aliran utama dalam filsafat (Nasution, 1989) yaitu Idealisme, Realisme, Pragmatisme, dan Eksistensialisme
1.        Aliran Idealisme
Tujuan hidup pada aliran ini adalah mencari kebenaran metapisik spiritual melalui inkuiri yang cermat, dengan cara mempelajari berbagai macam buku dari penulis-penulis ulung yang telah menemukan kebenarannya. …hal.74
2.        Aliran Realisme
Tujuan hidup pada aliran ini adalah untuk memperoleh dan meningkatkan pemahaman manusia tentang jagad raya melalui penelitian ilmiah, karena kebenaran hanya ditemukan melalui percobaan-percobaan untuk menemukan hokum-hukum alam.
4.        Aliran Pragmatisme
Tujuan hidup menurut aliran ini adalah untuk mencari kebenaran sosial yang menguntungkan bagi umat manusia dengan lingkungannya dengan menerapkan prinsip falsafah sosial yang humanistic melalui trial anf error. Kebenaran dipandang sesuatu yang memperbaiki hidup umat manusia, karenanya menaruh pehatian terhadap masalah-masalah social yang kritis yang mengancam kesejahteraan manusia.
5.        Aliran Eksistensialisme
Tujuan hidup menurut aliran ini adalah untuk menyempurnakan diri sesuai norma yang dipilih sendiri secara bebas dapat merealisasikan diri. Bagiamanakah kenyataan secara perorangan jarang seseorang  untuk mengikuti secara konsekwen untuk satu aliran saja. Biasanya seseoraang bertindak sebagai berikut: dalam menyakini agama yang dianutnya ia berpegang pada paham idealism, dalam kehidupan bermasyarakat ia mengikuti faham pragmatism, sedang dalam usaha mengembangkan diri ia mengikuti faham ekstensialisme.
Bagaimana dengan Filsafat Hidup Pancasila? Pancasila seperti tercantum dalam pembukaan Undang –Undang dasar 1945 merupakan kesatuan yang bulat dari kelima sila, yang Ketuhanan Yang maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan pewakilan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Filsafat pendidikan Pancasila adalah Pancasila. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945. Tujuan pendidikan adalah sesuatu yang dicita-citakan yang akan makan waktu jangka panjang.



                            II.            Menelaah Kurikulum Berdasarkan Landasan Penyusunnya
A.    KBK
KBK merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar, serta pemberdayaan sumber daya pendidikan. Batasan tersebut menyiratkan bahwa KBK dikembangkan dengan tujuan agar peserta didik memperoleh kompetensi dan kecerdasan yang mumpuni dalam membangun identitas budaya dan bangsanya. Dalam arti, melalui penerapan KBK tamatan diharapkan memiliki kompetensi atau kemampuan akedemik yang baik, keterampilan untuk menunjang hidup yang memadai, pengembangan moral yang terpuji, pembentukan karakteryang kuat, kebiasaan hidupyang sehat, semangat bekerja sama yang kompak, dan apresiasi estetika yang tinggi terhadap dunia sekitar. Berbagai kompetensi tersebut harus berkembang secara harmonis dan berimbang. Berdasarkan pengertian kompetensi di atas, kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab. KBK memfokuskan pada pemerolehan kompetensi-kompetensi tertentu peserta didik. Oleh karena itu kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk prilaku atau ketrampilan peserta didik sesuai criteria keberhasilan.

a.       Landasan Filsafat
Struktur keilmuan dan perkembangan psikologis siswa. Sehingga berdasar pada kompetensi lulusannya



b.      Dasar Hukum atau Yuridis
·          Evaluasi Kurikulum 1994
·          UUD 1945, GBHN, UU No. 22 tahun 1999
·          PP No. 25 tahun 2000
·          UU No. 20 tahun 2003
c.       Prinsip KBK
Menyadari bahwa pengembangan kurikulum merupakan proses yang dinamis, maka penyusunan dan pelaksanaan KBK didasarkan pada sembilan prinsip, yaitu
1.       keimanan, nilai, dan budi pekerti luhur;
2.       penguatan integritas nasional;
3.       keseimbangan antara etika, logika, estetika, dan kinestika;
4.       kesamaan memperoleh kesempatan;
5.       abad pengetahuan dan teknologi informasi;
6.       pengembangan kecakapan hidup (life skill);
7.       belajar sepanjang hayat;
8.       berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan komprehensif;
9.       pendekatan menyeluruh dan kemitraan.
Prinsip-prinsip tersebut dikembangkan dan diterapkan dalam rangka melayani dan membantu siswa mengembangkan dirinya secara optimal, baik dalam kaitannya dengan tuntutan studi lanjut, memasuki dunia kerja, maupun belajar sepanjang hayat secara mandiri dalam ma­syarakat.
d.      Karakteristik KBK
Depdiknas (2002) mengemukakan hahwa kurikulum berbasis kompetensi memiliki karakristik sebagai berikut:
·           Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.
·           Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
·           Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
·           Sumbcr belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
·           Penilaian menekanhan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan suatu pencapaian suatu kompetensi.
B.     KTSP
       Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikem­bangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
KTSP disusun dan dikembangkan sebagai berikut: (1) Pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan Tujuan Pen­didikan Nasional; (2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan pe­serta didik.
Berdasarkan pengertian tersebut, perbedaan esensial antara KBK dan KTSP tidak ada. Keduanya sama-sama seperangkat rencana pendi­dikan yang berorientasi pada kompetensi dan hasil belajar peserta didik. Perbedaannya menurut Masnur menampak pada teknis pelaksanaan. Jika KBK disusun oleh pemerintah pusat, dalam hal ini Depdiknas (c.q. Puskur), maka KTSP disusun oleh tingkat satuan pendidikan masing-masing, dalam hal ini sekolah yang bersangkutan, walaupun masih tetap mengacu pada rambu-rambu nasional Panduan Penyusunan KTSP yang disusun oleh badan independen yang disebut Badan Standar Nasional Pendi­dikan (BSNP).
Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut:
·           KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta sosial budaya masyarakat setempat dan peserta didik.
·           Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kuri­kulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas pen­didikan kabupaten/kota, dan departemen agama yang bertanggungjawab di bidang pendidikan.
·           Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan tinggi dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.
a.       Landasan Filsafat
Struktur keilmuan dan perkembangan psikologis siswa. Sehingga berdasar pada kompetensi lulusannya

b.      Landasan Yuridis atau Hukum
Sedangkan KTSP dilandasi oleh undang-undang dan peraturan pemerintah sebagai berikut:
·      Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
·      Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
·      Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
·      Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
·      Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksana­an permendiknas no. 22 dan 23.
c.       Prinsip KTSP
Hampir sama dengan KBK, KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-­prinsip berikut:
a.             berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepen­tingan peserta didik dan lingkungannya;
b.             beragam dan terpadu;
c.             tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni;
d.            relevan dengan kebutuhan kehidupan;
e.             menyeluruh dan berkesinambungan;
f.              belajar sepanjang hayat;
g.             seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

C.    Kurikulum 1994
                  Pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses pembelajaran menekankan pada pola pengajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar dengan kurang memperhatikan muatan (isi) pelajaran. Hal ini terjadi karena berkesesuaian suasan pendidikan di LPTK (lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) pun lebih mengutamakan teori tentang proses belajar mengajar. Akibatnya, pada saat itu dibentuklah Tim Basic Science yang salah satu tugasnya ikut mengembangkan kurikulum di sekolah. Tim ini memandang bahwa materi (isi) pelajaran harus diberikan cukup banyak kepada siswa, sehingga siswa selesai mengikuti pelajaran pada periode tertentu akan mendapatkan materi pelajaran yang cukup banyak.

Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak. Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai berikut. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi)

Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.

Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa. Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, terutama sebagai akibat dari kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi (content oriented), di antaranya sebagai berikut. Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi/substansi setiap mata pelajaran.

Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari. Permasalahan di atas terasa saat berlangsungnya pelaksanaan kurikulum 1994. Hal ini mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut. Salah satu upaya penyempurnaan itu diberlakukannya Suplemen Kurikulum 1994. Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum, yaitu Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan kebutuhan masyarakat.

Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat antara tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa, dan keadaan lingkungan serta sarana pendukungnya. Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran substansi materi pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa.

Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan berbagai aspek terkait, seperti tujuan materi, pembelajaran, evaluasi, dan sarana/prasarana termasuk buku pelajaran. Penyempurnaan kurikulum tidak mempersulit guru dalam mengimplementasikannya dan tetap dapat menggunakan buku pelajaran dan sarana prasarana pendidikan lainnya yang tersedia di sekolah. Penyempurnaan kurikulum 1994 di pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan bertahap, yaitu tahap penyempurnaan jangka pendek dan penyempurnaan jangka panjang.
Landasan Filsafat Kurikulum 1994 ini adalah Struktur keilmuan yang menghasilkan isi mata pelajaran “daya serap kurikulum”.



2.        Menelaah Komponen Kurikulum “Tujuan, Metode, Materi, Evaluasi Pembelajaran” dan kesesuaiannya dengan KTSP
a.         Rencana Proses Pembelajaran (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah                         :    SMP
Kelas / Semester           :    VII (tujuh)/Semester 1
Mata Pelajaran            :    IPA Fisika
Alokasi Waktu              :    2 x 40’ (1 x Pertemuan)
Standar Kompetensi     :    1.     Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan.
Kompetensi Dasar        :    1.1  Mendeskripsikan besaran pokok dan besaran turunan beserta satuannya.
Indikator                      :    1.     Mengidentifikasikan besaran-besaran fisika dalam kehidupan sehari-hari lalu mengelompokkannya dalam besaran pokok dan besaran turunan.
                                           2.     Menggunakan Satuan Internasional dalam pengukuran.
Tujuan Pembelajaran  :    Peserta didik dapat :
1.    Peserta didik dapat menjelaskan pengertian besaran dan satuan.
2.    Peserta didik dapat mengelompokkan besaran pokok dan besaran turunan.
3.    Peserta didik dapat menggunakan Satuan Internasional sesuai dengan besaran yang diukur dalam pengukuran.
4.    Siswa dapat mendemonstrasikan bagaimana menerapkan besaran dan satuan dalam kehidupan sehari-hari.

Materi Pembelajaran   :    Besaran dan Satuan (Terlampir di AMP)
Metode Pembelajaran  :    Model
                                           -    Cooperative Learning
-       Contextual Teaching and Learning
                                          
                                               Metode
                                           -    Game Monopoli Pakem
Langkah-langkah Kegiatan
PERTEMUAN PERTAMA
a.    Kegiatan Pendahuluan
       .      Motivasi dan apersepsi
             -     Apakah semua gejala alam termasuk ke dalam besaran?
             -     Apakah manfaat satuan dalam pengukuran yang kita lakukan?
       .      Prasyarat pengetahuan
             -     Apakah yang dimaksud dengan besaran dan satuan?
             -     Apakah Satuan Internasional?
b.    Kegiatan Inti
       .    Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 2 sampai 5 siswa dengan kemampuan yang berbeda atau dipilih random.
       .    Menyiapkan perangkat permainan berupa papan monopoli pakem, peraturan permainan, soal-soal beserta jawaban yang ditulis dalam lembaran-lembaran kertas (soal yang berkaitan dengan materi besaran dan satuan), dan perangkat permainan lainnya seperti uang monopoli dan kartu-kartu monopoli.
.    Selanjutnya menjalankan permainan dengan guru menjelasakan tujuan dan cara bemain, membuat soal dan kunci jawaban yang diserahkan kepada petugas bank yang sudah ditentukan oleh pemain, mengawasi jalannya permainan, memberikan penilaian dan membahas hasil pembelajaran.
       .    Mencatat waktu permainan sampai sebelum pembelajaran berakhir atau sekitar 15 menit sebelum pembelajaran usai.
.    Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.

c.    Kegiatan Penutup
.    Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor game maupun skor kuis berikutnya.

Sumber Belajar
a.        Buku BSE IPA Terpadu SMP kelas VII Ani Winarsih halaman 1-6
b.       Buku BSE IPA SMP  kelas VII Wasis  halaman 1-15
c.        Buku BSE IPA SMP kelas VII Teguh Sugiarto halaman 1-10
d.       Buku BSE IPA SMP  kelas VII Sugeng halaman 1-10
e.        Buku IPA Fisika Jl.1 (Esis) halaman 7-24

Penilaian Hasil Belajar
a.    Teknik Penilaian:
       -      Tes tertulis
b.    Bentuk Instrumen:
       -      Isian dan PG
c.    Contoh Instrumen (Terlampir di AMP)

                                                                                                      Mataram, 21 Nopember 2010
Mengetahui,
Kepala SMP


................................
NIP

                     Guru Mata Pelajaran


                     ..................................
                     NIP


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah                         :    SMP
Kelas / Semester           :    VII (tujuh)/Semester 1
Mata Pelajaran            :    IPA Fisika
Alokasi Waktu              :    2 x 40’ (1 x Pertemuan)
Standar Kompetensi     :    1.     Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan.
Kompetensi Dasar        :    1.1  Mendeskripsikan besaran pokok dan besaran turunan beserta satuannya.
Indikator                      :    1.     Mengkonversi satuan panjang, massa dan waktu secara sederhana.

                                           2.     Menggunakan besaran pokok dan besaran turunan dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan Pembelajaran  :    Peserta didik dapat :
1.      Peserta didik dapat mengkonversi satuan panjang, massa dan         waktu terhadap hasil  pengukuran.
2.        Peserta didik dapat bekerjasama dalam diskusi kelompok mengenai konsep  besaran dan satuan.
3.     Peserta didik mampu membedakan besaran pokok dan turunan berdasaarkan satuannya.
4.     Peserta didik dapat mejelaskan konsep tentang besaran dan satuan dan mengaplikasikan dengan kehidupan sehari-hari.
Materi Pembelajaran   :    Besaran dan Satuan (Terlampir di AMP)
Metode Pembelajaran  :    Model
                                           -    Cooperative Learning
-       Contextual Teaching and Learning
                                           Metode
                                           -    Diskusi kelompok Tipe Jigsaw
Langkah-langkah Kegiatan
PERTEMUAN KEDUA
a.    Kegiatan Pendahuluan
       a.    Kegiatan Pendahuluan
       .      Motivasi dan apersepsi
             Secara klasikal guru memberi pertanyaan; apakah manfaat Satuan Internasional?
       .      Prasyarat pengetahuan
             Peserta didik diminta untuk menyebutkan satuan untuk besaran panjang, waktu dan massa.

b.    Kegiatan Inti
       .      Guru membagi siswa di dalam kelas menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Selanjutnya kelompok ini dinamakan kelompok asal.
       .      Guru selanjutnya memberikan pokok materi yang akan didiskusikan dalam kelompok asal kepada masing-masing kelompok (tentunya materi yang berhubungan dengan besaran dan satuan serta konversi besaran).
       .      Masing-masing siswa dari kelompok asal yang mendapatkan materi yang sama berkumpul dalam satu kelompok yang selanjutnya kelompok ini dinamakan kelompok ahli.
       .      Setelah berdiskusi dalam kelompok ahli, masing-masing siswa kembali ke kelompok asal dan mendiskusikan apa yang didiapatkan pada diskusi kelompok ahli.
       .      Guru menunjuk salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil yang didapatkan pada diskusi kelompok asal maupun kelompok ahli.
       .      guru memberikan kesimpulan akhir kepada semua siswa mengenai hasil pembeljaran pada hari itu.
c.    Kegiatan Penutup
       .      Guru memberikan kuis secara individual.
       .      Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal tentang besaran dan satuan serta pengkonversian besaran.
Sumber Belajar
a.       Buku BSE IPA Terpadu SMP kelas VII Ani Winarsih halaman 1-6
b.      Buku BSE IPA SMP  kelas VII Wasis  halaman 1-15
c.       Buku BSE IPA SMP kelas VII Teguh Sugiarto halaman 1-10
d.      Buku BSE IPA SMP  kelas VII Sugeng halaman 1-10
e.       Buku IPA Fisika Jl.1 (Esis) halaman 7-24

Penilaian Hasil Belajar
a.    Teknik Penilaian:
       -      Tes tertulis
b.    Bentuk Instrumen:
       -      Isian dan PG
c.    Contoh Instrumen (Terlampir di AMP)

                                                                                                      Mataram, 21 Nopember 2010
Mengetahui,
Kepala SMP


................................
NIP

                     Guru Mata Pelajaran


                     ..................................
                     NIP


Dari komponen kurikulum dan kesesuaiannya dengan KTSP terdapat hubungan yang singkron atau yang erat, jadi sudah terdapat kesesuaian antara komponen kurikulum dengan KTSP karena komponen tersebut disusun untuk melengkapi adanya kurikulum yang sekarang yaitu KTSP

          Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikem­bangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
          KTSP disusun dan dikembangkan sebagai berikut: (1) Pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan Tujuan Pen­didikan Nasional; (2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan pe­serta didik.
          Berdasarkan pengertian tersebut, perbedaan esensial antara KBK dan KTSP tidak ada. Keduanya sama-sama seperangkat rencana pendi­dikan yang berorientasi pada kompetensi dan hasil belajar peserta didik. Perbedaannya menurut Masnur menampak pada teknis pelaksanaan. Jika KBK disusun oleh pemerintah pusat, dalam hal ini Depdiknas (c.q. Puskur), maka KTSP disusun oleh tingkat satuan pendidikan masing-masing, dalam hal ini sekolah yang bersangkutan, walaupun masih tetap mengacu pada rambu-rambu nasional Panduan Penyusunan KTSP yang disusun oleh badan independen yang disebut Badan Standar Nasional Pendi­dikan (BSNP).
Berikut komponen kurikulum :
1.      TUJUAN
Konsep dasar dalam menentukan tujuan suatu pembelajaran yaitu berlandaskan atas pencapaian setiap indikator yang terdapat dalam setiap Kompetensi Dasar. Dalam satu indikator kita bisa membuat beberapa tujuan pembelajaran sehingga akan muncul banyak tujuan dalam satu kompetensi dasar sebagaimana yang terlihat pada tujuan yang ada pada (RPP).
2.      MATERI
Penyusunan materi berdasarkan pada tujuan-tujuan yang telah dibuat hal ini berhubungan dengan pencapaian dari pada proses pembelajaran yang akan dilakukan. Kelengkapan suatu materi ajar dilihat dari sejauh mana pencapaian tujuan yang sudah terpenuhi, jadi semakin banyak tujuan pembelajaran maka akan semakin lengkap materi yang akan disampaikan dan proses pembelajaran akan semakin komplit. 

3.      ORGANISASI
Untuk menstuktur pengetahuan peserta didik maka materi perlu disusun sedemikian rupa agar mudah dipahami oleh peserta didik dalam hal ini dimulai dari pemberian motivasi kepada siswa berupa pertanyaan atau pernyataan yang mampu membangkitkan semangat siswa untuk belajar. Kemudian materi disusun dari tingkat kognisi yang paling sederhana menuju tingkat analisis yang rumit mulai dari tingkat memahami, membedakan,  mensintesis, kemudian ke tingkat analisis sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Selain itu dalam mengorganisasikan pemahaman siswa juga dibutuhkan kolom kegiatan siswa atau tes pemahaman siswa berupa soal latihan pada setiap pokok bahasan setelah menyampaikan suatu materi hal ini berfungsi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa khususnya terhadap materi yang diajarkan saat itu beserta tidak lupa juga kita menaruhkan informasi-informasi sains  yang berhubungan dengan maateri yang disampaikan untuk membuka pemikiran siswa dalam memahami fenomena alam yang bersangkutan.

4.      EVALUASI
Sebagaimana tuntutan hasil pembelajaran tidak hanya dituntut kemampuan dalam bidang kognitif saja melainkan juga afektif dan psikomotor sehingga bentuk evaluasi hasil belajar juga diperlikan penyesuaian.  sebagaimana seperti yang terdapat pada bentuk evaluasi diatas yaitu evalausi dalam bidang kognitf, afektif dan psikomotorik.


0 komentar:

Posting Komentar

KOMENTAR DISINI !!!

Iklan

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting