Berbagi Informasi Dari Sang Fakir Ilmu, Let's Join ...

Minggu, 17 Juli 2011

BATUAN BEKU DAN PROSESNYA

Share this history on :


Jakarta- Gumpalam magma panas, cairan yang berada di bawah kerak bumi telah menyebar perlahan hingga meningkatkan permukaan bumi beberapa ratus meter, ujar penelitian terbaru.

Seperti dikutip dari Yahoo News, fenomena yang bekerja di siklus geologi ini mungkin menjelaskan perubahan kecepatan relatif tinggi laut di masa prasejarah yang terjadi tanpa pengikisan ataupun memudarnya lapisan es kutub. Kenaikan permukaan laut ini merupakan salah satu misteri geologi tertua.
Selama masa Paleogen (65 juta hingga 23 juta tahun yang lalu), tanah di bawah Skotlandia telah bergerak naik dan turun seperti ‘yo-yo’ geologi. Permukaan bergelombang sampai 1.640 kaki (500 meter) hanya dalam waktu satu juta tahun, rentang waktu yang relatif singkat secara geologi.
"Ini tampaknya disebabkan oleh sesuatu yang jauh di dalam bumi, bergerak ke samping hampir seperti tikus berlari di bawah karpet," kata penulis studi Bryan Lovell dari University of Cambridge.
Gerakan menyamping sebenarnya disebabkan oleh apa yang dikenal sebagai arus konveksi di dalam mantel bumi. Arus ini muncul ketika bahan pendingin padat tenggelam pada mantel dan menghangat sehingga bagian yang tidak terlalu panas akan naik.
Data dari eksplorasi minyak di sekitar bagian magma Islandia telah mengungkapkan bahwa gumpalan di bumi telah mengalir di bagian manter bumi sehingga menggerakkan bagian bahwa Atlantik Utara sekitar 55 juta tahun lalu. Tindakan penaikan dan penurunan ini menyebabkan perubahan pada tanah dan bagian dasar laut.
Meskipun para ilmuwan cukup yakin soal gumpalan panas yang berada di dalam manter bumi, namun titik pasti mengenai perubahan permukaan bumi sulit ditentukan. Meskipun peningkatan permukaan Skotlandia adalah efek gumpalan panas, Lovell mengatakan bahwa ini merupakan efek alami dari konveksi mantel sehingga tidak ada alasan b ahwa ini bukanlah kejadian yang rutin, ujar Lovell lagi.
"Saya senang bahwa kami memiliki apa yang tampaknya penjelasan geofisika yang layak untuk suatu masalah geologi lama dan signifikan," kata Lovell. Penelitian ini hadir pada jurnal Geological Society edisi 25 Juni.[ito]



B. pembahasan
Batuan Beku dan Prosesnya
Dua ratus tahun yang lalu, komunitas ilmiah dipecah menjadi dua kelompok berdasarkan asal mineral dan batuan. Satu kelompok, yang disebut Vulcanists, berpendapat danwa semua mineral dan batu-batuan beku, terbentuk dari pendinginan lava. Vulcanists menunjuk kesamaan antara batuan kuno dan yang ditemukan di lereng gunung berapi seperti Etna dan Vesuvius untuk membuktikan hipotesis mereka. Kelompok lain, Neptunists, berpendapat bahwa semua mineral dan batuan sediment merupakan hasil curah hujan dari samudra di seluruh dunia.

I. Pengertian Batuan Beku
Batuan beku atau batuan igneus berasal dari Bahasa Latin ( ignis yaitu "api"). Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.
Beberapa batuan beku yang terbentuk di permukaan bumi selama letusan gunung berapi disebut batu vulkanik dan disebut juga batuan ekstrusif karena magma mengalir menuju ke permukaan dari dalam bumi. Ketika magma mencapai permukaan bumi disebut lava. batuan ekstrusif yang bisa kita lihat sekarang adalah di gunung berapi di Kepulauan Hawaii dan Aleutian dan juga membentuk puncak Pegunungan Cascade Washington, Oregon, dan California. Batuan hasil pendinginan dari lava yang lebih tua membentuk dataran tinggi yang melalui Columbia dan aliran Sungai di Idaho, Washington, dan Oregon, dan juga mendasari ridges terkemuka di Virginia, New Jersey, Connecticut, dan Massachusetts.
Batuan beku bisa menceritakan gunung berapi yang meletus secara eksplosif jutaan tahun yang lalu atau pendinginan magma diam-diam yang terjadi beberapa kilometer di bawah permukaan,tekstur batuan juga menyimpan banyak informasi.
1,Tekstur
Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar mineral-mineral sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan.
Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal yang penting, yaitu:
A. Kristalinitas
Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan halus, akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya berbentuk amorf.
Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:
• Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal. Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin yang telah membeku di dekat permukaan.
• Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
• Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas. Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.
B. Granularitas
Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:
1. Fanerik/fanerokristalin, Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama lain secara megaskopis dengan mata biasa. Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi:
- Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.
- Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm.
- Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.
- Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.
2. Afanitik, Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan mata biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisa mikroskopis dapat dibedakan:
- Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01 mm.
- Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil untuk diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran berkisar antara 0,01 – 0,002 mm.
- Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.
C. Bentuk Kristal
Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:
- Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
- Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
- Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
- Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu:
- Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.
- Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi yang lain.
- Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi yang lain.
- Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.



D. Hubungan Antar Kristal
Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis besar, relasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
- Equigranular, yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:
- Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang euhedral.
- Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang subhedral.
- Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang anhedral.
- Inequigranular, yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas.

2. Klasifikasi Batuan Beku
Pengelompokan atau klasifikasi batuan beku secara sederhana didasarkan atas tekstur dan komposisi mineralnya. Keragaman tekstur batuan beku diakibatkan oleh sejarah pendinginan magma, sedangkan komposisi mineral bergantung pada kandungan unsure kimia magma induk dan lingkungan krsitalisasinya.
Beberapa tekstur batuan beku yang umum adalah:
1. Gelas (Glassy), tidak berbutir atau tidak memiliki Kristal (amorf)
2. Afanitik (fine grained texture), bebrutir sangat halus  hanya dapat dilihat dengan mikroskop
3. Fanerik (coarse grained texture), berbutir cukup besar sehingga komponen mineral pembentuknya dapat dibedakan secara megaskopis.
4. Porfiritik, merupakan tekstur yang khusus di mana terdapat campuran antara butiran-butian kasar di dalam massa dengan butiran-butiran yang lebih halus. Butiran besar yang bentuknya relative sempurna disebut Fenokrist sedangkan butiran halus di sekitar fenokrist disebut massa dasar.
Secara ringkas, klasifikasi batuan beku dapat dinyatakan sebagai berikut:


3. Batuan Beku Yang Jumlahnya Melimpah
terdapat Beberapa batuan beku yang jumlahnya banyak daripada yang lain. Batuan beku yang paling sering ditemukan dikelompokkan menjadi tiga kategori: basalt, granit dan andesit
1. Basalt adalah batuan leleran dari gabro , minrealnya berbutur halus,
berwarna hitam, berat jenisnya 2,9-3,1. komposisi dan peresentase
secara umum dari mineral pembentuk batuannya adalah : Plagioklas
(labraorit) 40-60 %, mineral mafis (klinopiroksen, olivin) 55-35 %.
2. Andesit adalah batuan beku dalam mineralnya berbutir kasar hingga
sedang, warnanya agak gelap, berat jenisnya 2,85-3. komposisi dan
persentase secara umum dari mineral pembentuk batuannya adalah :
Plagioklas (oliyoklas atau andesin ) 55-70 %, mineral mafis
(horenblende atau biotit) 40-24 %.
Sianit
3. Granit adalah batuan beku dalam bertekstur holokristalin, feneritik,
berbutir kasar, mengandung mineral-mineral : kuarsa 10-4- %, felspar
kalium 30-60 %, plagioklas natrium 0-35 %, mineral mafis (biotit,
hornblenda) 35-10 %.

4. Bentuk Batuan Beku
Pluton adalah istilah umum yang dapat diterapkan untuk setiap massa batuan intrusif terlepas dari ukuran atau bentuk, namun beberapa pluton telah diberi nama khusus didasarkan terutama pada bentuk mereka. Diantaranya :
1. Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian atasnya, batuan yang diterobosnya melengkung atau cembung ke atas, membentuk kubah landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan Sill. Akibat proses-proses geologi, baik oleh gaya endogen, maupun gaya eksogen, batuan beku dapat tersingka di permukaan.

2. Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan bawahnya cekung ke atas.
3. Batholit, merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling besar dimensinya. Bentuknya tidak beraturan, memotong lapisan-lapisan batuan yang diterobosnya. Kebanyakan batolit merupakan kumpulan massa dari sejumlah tubuh-tubuh intrusi yang berkomposisi agak berbeda. Perbedaan ini mencerminkan bervariasinya magma pembentuk batholit. Beberapa batholit mencapai lebih dari 1000 km panjangnya dan 250 km lebarnya. Dari penelitian geofisika dan penelitian singkapan di lapangan didapatkan bahwa tebal batholit antara 20-30 km. Batholite tidak terbentuk oleh magma yang menyusup dalam rekahan, karena tidak ada rekahan yang sebesar dimensi batolit. Karena besarnya, batholit dapat mendorong batuan yang di1atasnya. Meskipun batuan yang diterobos dapat tertekan ke atas oleh magma yang bergerak ke atas secara perlahan, tentunya ada proses lain yang bekerja. Magma yang naik melepaskan fragmen-fragmen batuan yang menutupinya. Proses ini dinamakan stopping. Blok-blok hasil stopping lebih padat dibandingkna magma yang naik, sehingga mengendap. Saat mengendap fragmen-fragmen ini bereaksi dan sebagian terlarut dalam magma. Tidak semua magma terlarut dan mengendap di dasar dapur magma. Setiap frgamen batuan yang berada dalam tubuh magma yang sudah membeku dinamakan Xenolith.

5. pengertian magma
Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun (1947), Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang pijar terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500–2.5000C dan bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah. Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile (air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan penyebab mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku.
Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat (magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri yang dikenal dengan Bowen’s Reaction Series.
Bowen adalah seorang ilmuwan berkebangsaan Kanada yang berhasil bereksperimen dan berhasil menjelaskan tentang hubungan antara kecepatan mendingin suatu magma dengan pembentukan macam-macam tipe batuan. Pada cairan magma yang mendingin dan membeku, ukuran kristal mineral berangsur-angsur membesar dan ada yang mengendap. Kristal yang tetap tinggal pada cairan magma bereaksi dengan kristal yang lain kemudian membentuk suatu mineral yang baru. Bermacam-macam tipe batuan beku dapat terbentuk sangat bergantung dari mineral-mineral yang ada pada magma cair pada awalnya.
Bowen menggolongkan pembentukan batu tersebut ke dalam dua kelompok, yaitu reaksi ferromagnesium yang tidak menerus (discontinuous) dan reaksi feldspar plagioclase yang terus menerus (continuous).
1. Reaksi feldspar plagioclase terus-menerus (continuous) ialah reaksi dimana mineral batuan yang terbentuk mempunyai komposisi yang berbeda tetapi mempunyai struktur kimia yang sama.
Deret ini mewakili pembentukan feldspar plagioclase. Dimulai dengan feldspar yang kaya akan kalsium (Ca-feldspar, CaAlSiO) dan berlanjut reaksi dengan peningkatan bertahap dalam pembentukan natrium yang mengandung feldspar (Ca–Na-feldspar, CaNaAlSiO) sampai titik kesetimbangan tercapai pada suhu sekitar 9000C. Saat magma mendingin dan kalsium kehabisan ion, feldspar didominasi oleh pembentukan natrium feldspar (Na-Feldspar, NaAlSiO) hingga suhu sekitar 6000C feldspar dengan hamper 100% natrium terbentuk
2. Reaksi ferromagnesium yang tidak terus menerus (discontinuous) ialah reaksi dimana mineral-mineral batuan yang terbentuk mempunyai komposisi kimia yang berlainan dan struktur kristal yang berlainan.
Urutan reaksi Bowen untuk reaksi ferromagnesium yang tidak terus menerus yaitu : Mineral yang paling awal dinyatakan dari magma yang berkomposisi basalt yaitu olivine dan kalsium-rich plagioklas. Saat proses pendinginan, reaksi olivin dengan sisa cairan membentuk mineral yang baru, yaitu piroksin. Reaksi piroksin berubah ke bentuk ampibole, dan ampibole membentuk biotit. Dan dari sini terlihat bahwa dari mineral awal menuju mineral akhir mempunyai struktur kristal yang berbeda.
Bila proses pendinginan yang berlangsung terlalu cepat, mineral yang telah ada tidak dapat bereaksi seluruhnya dengan sisa magma yang menyebabkan mineral yang terbentuk memiliki rim (selubung). Rim tersusun atas mineral yang telah terbentuk sebelumnya, misal Olivin dengan rim Pyroxene.
3. Apabila kedua jalur reaksi tersebut berakhir dan seluruh besi, magnesium, kalsium dan sodium habis, secara ideal yang tersisa hanya potassium, aluminium dan silica. Semua unsur sisa tersebut akan bergabung membentuk Othoclase Potassium Feldspar. Dan akan terbentuk mika muscovite apabila tekanan air cukup tinggi. Sisanya, larutan magma yang sebagian besar mengandung silica dan oksigen akan membentuk Quartz (kuarsa).
Reaksi Bowen ini dapat membantu kita untuk memahami mengapa mineral tertentu cenderung terjadi / muncul bersama-sama di dalam batuan beku gunung berapi. Sebagai contoh yaitu batu karang yang mafic, batu basal dan gabbro yang cenderung berisi mineral olivine, pyroxene, dan calcium-rich plagioclase feldspar. Mineral tersebut adalah mineral yang mengkristal pada temperatur yang tinggi. Contoh lain yaitu batu karang sialic atau felsic seperti granit dan rhyolite cenderung berisi kwarsa, kalium feldspar, sodium-rich plagioclase feldspar, dan kadang-kadang muscovite. Mineral tersebut adalah mineral yang mengkristal pada temperatur yang lebih rendah.

Reaksi Bowen juga membantu kita dalam memahami mengapa mineral tertentu tidak terjadi bersama-sama di dalam batuan beku gunung berapi. Sebagai contoh, olivine dan kwarsa tidak mungkin untuk terjadi di dalam batuan beku gunung berapi yang sama, sebab olivine adalah suatu mineral temperatur tinggi, dan kwarsa adalah suatu mineral temperatur rendah.

6. Di manakah Proses Peleburan Terjadi?
peleburan berlangsung dalam bumi di mana terdapat cukup energi panas dari reaksi nuklir. Yang paling banyak mengandung zat radioactiv uranium, thorium, kalium, dan rubidium adalah concentratedin yang terdapat pada bagian mantel atas, dan kemungkinan besar magma terbentuk pada daerah ini, dekat dengan sumber panas. Pada suatu waktu, ahli geologi berpikir bahwa ada lapisan magma terus menerus di dalam mantel yang merupakan asal dari semua batuan beku, tetapi gelombang gempa menunjukkan peleburan terjadi secara lokal di daerah kecil, disebut ruang magma , di mana panas terkonsentrasi. Dinding ruang magma adalah batuan yang panas tapi tidak cukup panas untuk melelehkan.
7. Seperti Apakah Magma?
Sejauh ini, kita telah menganggap magma sebagai substansi yang ada sementara antara waktu batu mulai mencair dan waktu batuan mulai membeku. suhu, komposisi, dan viskositas - memainkan peran penting dalam sifat akhir batuan beku. magma yang berasal dari dalam bumi dan mencapai permukaan disebut lava.
1. Suhu
Suhu lava basalt di Hawaii mencapai 1000 C - 12000C dan 650 untuk 13500C untuk magma silikat. magma granit memiliki suhu terendah dan magma basaltik yang tertinggi.
2. Komposisi Magma
Karena suhu magma sangat tinggi dan keberadaannya sangat jauh di dalam Bumi, maka kita tidak dapat mengambil sampel magma dan kemudian mempelajarinya untuk mengetahui komposisinya. Oleh karena itu, untuk mengetahui komposisi magma dilakukan melalui pendekatan dengan mempelajari batuan beku yang berasal dari magma yang membeku.
Pendekatan dengan menganalisa batuan beku masih kurang, karena belum dapat mengetahui komponen penyusun magma yang berupa gas. Karena gejala volkanisme adalah manifestasi dari kemunculan magma di permukaan Bumi, maka untuk mengetahui kandungan gas dalam magma dipelajari aktifitas vulkanisme.
Dari uraian di atas maka, secara sederhana dapat kita katakan bahwa seluruh unsur kimia yang ada di Bumi, kecuali buatan, terdapat di dalam magma; hanya kelimpahan dari unsur-unsur tersebut yang berbeda.
Komposisi kimia magma sangat kompleks. 99% dari magma tersusun oleh 10 unsur kimia, yaitu Silikon (Si), Titanium (Ti), Aluminium (Al), Besi (Fe), Magmesium (Mg), Kalsium (Ca), Natrium (Na), Kalium (K), Hidrogen (H), dan Oksigen (O).
Dengan konvensi, komposisi kimia magma dinyatakan dalam persen berat (% berat). Dalam bentuk senyawa kimia, unsur-unsur tersebut dinyatakan dalam bentuk SiO2, TiO2, Al2O3, FeO, MgO, CaO, Na2O, K2O dan H2O.
Tentang kelimpahannya, secara umum, SiO2 adalah yang paling banyak, menyusun lebih dari 50 % berat magma. Kemudian, Al2O3, FeO, MgO, CaO menyusun 44 % berat magma, dan sisanya Na2O, K2O, TiO2 dan H2O menyusun 6 % berat magma. Pada kenyataannya, kelimpahan unsur-unsur tersebut sangat bervariasi, tergantuk pada karakter komposisi magma.
3. Viskositas fluida adalah ukuran kekentalan suatu cairan, tetapi pada dasarnya adalah kebalikan dari fluiditas. Sebagai contoh, air, molase. Beberapa lava memiliki viskositas yang sangat rendah dan mengalir seperti sungai cair pada beberapa kilometer per jam, tetapi yang lain memiliki viskositas tinggi dan bergerak hanya beberapa meter per jam.
Viskositas rendah dikaitkan dengan suhu tinggi karena setiap ion kemudian memiliki banyak energi kinetik. Hal ini memungkinkan ion untuk bergerak cepat dan bebas. kadar air yang tinggi juga menyebabkan viskositas rendah karena tindakan pelumas air dan karena molekul air polar mencegah ion dari ikatan satu sama lain.
di sisi SiO2 tinggi menyebabkan viskositas tinggi dan berperilaku sangat lamban. Hal ini karena daya tarik antara Si4-dan O2-ion begitu kuat sehingga membatasi kebebasan bergerak ion. magma basaltik, dengan kadar SiO2 rendah dan titik lebur tinggi, biasanya yang paling cair; magma granit yang paling kental.

8. Vulkanisme
Vulkanisme adalah kegiatan yang berkaitan dengan gerakan magma. Magma sebagai masa silikat cair pijar sangat giat melakukan gerakan ke segala arah baik secara vertical, miring, menyusup atau mendatar, yang bergerak dipermukaan bumi ataupun hanya di dalam bumi. Bagian bumi tempat keluarnya magma disebut gunung berapi, sedangkan gerakan magma yang dapat mengangkat lapisan batuan yang cembung ke atas dan mengikis ruangan yang gejala-gejala
vulkanisme tersebut meliputi :
1) Instruksi Magma

Yaitu proses penerobosan magma ke dalam litosfer tetapi tidak mampu mencapai permukaan bumi. Intrusi magma
menghasilkan bentukan-bentukan di dalam dapur magma.
- Batolit, yaitu magma yang membeku di dalam dapur magma.
- Lakolit, yaitu batuan beku yang terbentuk dari resapan magma dan membeku diantara dua lapisan batuan berbentuk
lensa cembung.
- Sill/keeping intrusi, batuan beku yang berbentuk diantara dua lapisan batuan, berbentuk pipih dan melebar.
- Gang, yaitu magma yang memotong lapisan batuan dengan arah tegak/miring, berbentuk pipih dan melebar.
- Apofisa, yaitu batuan beku yang berbentuk dicabang-cabang gang, berukuran kecil.
2) Ekstrusi Magma
Yaitu gerakan magma mencapai permukaan bumi dalam bentuk letusan atau erupsi.erupsi dibedakan menjadi tiga
macam sebagai berikut :
a) Erupsi linear, yaitu keluarnya magma melalui retakan atau celah.
b) Erupsi sentral, yaitu keluarnya magma melalui terusan kepundan
- Gunung api perisai (tameng)
Terjadi akibat magma keluar sangat encer. Selanjutnya magma yang emcer ini mengalir kesegala arah membentuk
lereng yang sangat landai, sekitar 10 – 100.
- Gunung Api Maar
Terjadi akibat letusan ekspolosif yang membentuk lubang lingkaran besar di permukaan bumi. Dapur magma yang kecil
dan dangkal mengakibatkan letusan satu kali dan mati. Gunung api maar tidak tinggi dan terdiri atas timbunan bahanbahan
padat atau efflata dan dibawahnya kadang-kadang terdapat air. Misalnya danau Klakah.
- Gunung Api Strato
Terjadi akibat erupsi eksplosip yang diselingi dengan erupsi efusif sehingga lerengnya berlapis-lapis dan terdiri atas
bermacam-macam batuan. Gunung api strato paling banyak terdapat di dunia, seperti di Indonesia adalah gunung
merbabu dan Merapi Jawa Tengah, semeru dan Kelud (Jawa Timur)
c) Erupsi Areal, yaitu keluarnya magma pada satu areal tertentu karena dekatnya dapur magma dengan permukaan
bumi. Berdasarkan kuat tidaknya letusan dan kandungan mineral yang dikeluarkan, erupsi gunung api dibedakan atas
dua macam, yaitu :
1. Erupsi eksplosif, adalah erupsi atau letusan dan kandungan mineral yang dikeluarkan, erupsi ini biasanya
menyemburkan material vulkanik yang bersifat padat cair.
2. Erupsi efusif atau letusan yang tidak menimbulkan ledakan karena tekanan gas kurang kuat. Pada proses erufsi ini
material yang dikeluarkan adalah material cair atau sebagian besar lava dan sedikit material padat yang berukuran kecil.
Selanjutnya bahan-bahan tersebut mengalir pada lereng gunung sebagai aliran lava.
Lempeng tektonik, proses gelologis yang bertanggung jawab untuk penciptaan benua, pegunungan dan lantai samudera bumi, mungkin adalah semacam on-off. Ilmuan telah menganggap bahwa pergeseran lempeng kerak telah melambat namun terus terjadi pada sebagian besar sejarah bumi, namun studi terbaru dari peneliti2 di Carnegie Institution menyarankan bahwa tektonik lempeng pernah berhenti paling tidak sekali dalam sejarah planet bumi dan dapat terjadi lagi.

Tektonik lempeng adalah suatu teori yang menerangkan proses dinamika bumi tentang pembentukan jalur pegunungan, jalur gunung api, jalur gempa bumi, dan cekungan endapan di muka bumi yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng.
Sebuah aspek kunci dari teori tektonik lempeng adalah bahwa skala waktu geologis lantai samudera adalah fitur transient, membuka dan menutup saat lempeng2 bergeser. Lantai samudera dikonsumsi oleh sebuah proses yang disebut subduksi, dimana lempeng tektonik menurun kedalam mantel bumi. Zona subduksi adalah lokasi dari palung samudera, aktivitas gempa bumi tinggi, dan sebagian besar gunung api utama dunia.

Saat sebuah lempeng samudera bertabrakan dengan lempeng samudera lain atau dengan sebuah lempeng yang membawa benua, satu lempeng akan melengkung dan bergeser dibawah yang lainnya. Proses ini disebut sibduksi. Saat lempeng tersubduksi tenggelam jauh kedalam mantel, ia menjadi begitu panas sehingga mencairkan batuan sekitar. Batuan cair naik lewat kerak dan keluar pada permukaan dari lempeng di atasnya.(Credit: Woods Hole Oceanographic Institution),sebagian besar zona subduksi saat ini berada di lantai samudera pasifik. Bila lantai pasifik sangat dekat, seperti diramalkan dalam 350 juta tahun saat Amerika yang bergerak ke barat bertabrakan dengan Eurasia, maka sebagian besar zona subduksi planet akan lenyap bersama Pembentukan batuan beku melibatkan dua proses yang berlawanan satu sama yang lain: mencair dan kristalisasi. Untuk mempelajari proses-proses tersebut dilakukan studi geologi batuan di laboratorium di mana temperatur, tekanan, dan komposisi kimia dikendalikan. batuan yang mencair dibiarkan mendingin, dan hasilnya dibandingkan dengan batuan alam. Semakin banyak kesamaan antara bahan-bahan buatan dan alami, semakin kita dapat mengetahui bagaimana bentuk batuan beku.

Sifat leleh dan Kristalisasi
Perubahan dari padat ke keadaan cair akibat penambahan panas disebut mencair. Bila mineral dipanaskan, ion bergetar dalam posisi mereka sampai ditambahkan panas yang cukup untuk memecah ikatan kimia yang menahan mereka bersama-sama. Ion-ion tersebut kemudian bebas bergerak dalam keadaan cair. magma terdiri dari miliaran ion, bergerak bebas pada suhu tinggi. Kation dan anion sering bertabrakan dan membentuk ikatan sementara, tapi mineral tidak dapat terbentuk sampai keluarnya energi panas yang cukup dari magma ke dalam batuan sekitarnya. Ketika magma mendingin di titik di mana tidak ada lagi panas yang cukup untuk mengatasi daya tarik antara ion, biji kristal mulai terbentuk.
titik lebur mineral adalah suhu di mana ia dalam keadaan cair. Kuarsa, misalnya, meleleh pada 1713 ℃, ℃ albite pada 1118. titik beku adalah suhu di mana ia menjadi solid

pencairan dan Kristalisasi Mineral
peleburan adalah suatu proses di mana sesuatu dibiarkan begitu saja. percobaan telah menunjukkan bahwa tidak semua mineral meleleh dengan cara yang sama seperti es mencair. Memang, mineral yang membentuk batuan beku dapat menjadi bagian dari magma dalam tiga cara: pencairan sederhana, terus-menerus, atau terputus-putus. kristalisasi hanyalah kebalikan dari mencair, mineral dapat terbentuk dari magma oleh tiga proses yang berbeda.

1. pencairan dan Kristalisasi sederhana
Banyak mineral, seperti kuarsa, muskovit, albite, anorthite, dan forsterit, meleleh dengan cara yang sama seperti es batu mencair.
Kristalisasi hanyalah kebalikan dari proses ini. Sebuah magma dengan komposisi SiO2 tetap cair sampai suhu 1713 ℃ tercapai selama pendinginan. Pada titik itu, ion bertemu kembali untuk membentuk kuarsa.

2. pencairan dan Kristalisasi terus menerus
Kebanyakan mineral yang merupakan bagian dari seri padat-solusi tidak mengikuti perilaku pelelehan sederhana. Sebagai contoh, dari feldspar plagioklas, hanya anggota murni albite akhir dan anorthite yang meleleh sederhana, pada 1118 dan 1553 . feldspar plagioklas mencair dengan cara yang lebih kompleks.




Atraksi ini melawan sebagian obligasi yang memegang ion ini di tempat, sehingga lebih mudah untuk dibebaskan. energi panas diperlukan untuk melepaskan ikatan yang sudah lemah, dan sehingga air menurunkan titik leleh dari zat yang paling tinggi .


Di manakah proses peleburan terjadi?
peleburan berlangsung dalam bumi di mana terdapat cukup energi panas dari reaksi nuklir. Yang paling banyak mengandung zat radioactiv uranium, thorium, kalium, dan rubidium adalah concentratedin yang terdapat pada bagian mantel atas, dan kemungkinan besar magma terbentuk pada daerah ini, dekat dengan sumber panas. Pada suatu waktu, ahli geologi berpikir bahwa ada lapisan magma terus menerus di dalam mantel yang merupakan asal dari semua batuan beku, tetapi gelombang gempa evidence from menunjukkan peleburan terjadi secara lokal di daerah kecil, disebut ruang magma , di mana panas terkonsentrasi. Dinding ruang magma adalah batuan yang panas tapi tidak cukup panas untuk melelehkan.
Hal ini memungkinkan untuk memperkirakan kedalaman di mana pencairan bisa berlangsung dengan membandingkan suhu meleleh batuan dengan gradien panas bumi regional (tingkat di mana suhu meningkat dengan kedalaman tertentu). Dengan demikian, data percobaan menunjukkan bahwa pada semua tekanan, batuan granit mencair pada suhu yang lebih rendah dari batuan basaltik, Kedalaman leleh awal dapat diperkirakan dengan memetakan kurva gradien panas bumi pada diagram kurva mencair. magma granit dapat terbentuk lebih dekat dengan permukaan dari magma basaltik, tapi tidak lebih dekat dari 20 km pada rata-rata gradien geotermal 300C/km. magma basaltik tidak dapat terbentuk lebih dekat dari 25 km dari permukaan pada gradien yang sama.

seperti apakah magma?
Sejauh ini, kita telah menganggap magma sebagai substansi yang ada sementara antara waktu batu mulai mencair dan waktu batuan mulai membeku. suhu, komposisi, dan viskositas - memainkan peran penting dalam sifat akhir batuan beku. magma yang berasal dari dalam bumi dan mencapai permukaan disebut lava. studi batuan beku. Lapangan geologi, telah mengumpulkan banyak data tentang magma dari danau lava dan gunung berapi yang masih aktif meletus.
Suhu
Suhu lava basal di Hawaii telah dihitung pada 1000 untuk 12000C dan eksperimen lebur menyarankan berbagai 650 untuk 13500C untuk magma silikat yang paling. magma Khas mungkin tidak dipanaskan lebih jauh titik akhir mereka leleh. magma granit memiliki suhu terendah magma basaltik yang tertinggi.
Komposisi

Komposisi magma mungkin diperkirakan dari komposisi kimia dari batuan yang membentuk dari itu. Jadi, semua tetapi magma sedikit yang terutama terdiri dari ion yang dapat menimbulkan silikat mineral. Komposisi kimia batuan felsi, menengah, dan mafik (granit, diorit, dan basal, masing-masing) diberikan pada tabel 4.4. kisaran mungkin menunjukkan rentang yang dari magma alami karena ahli geologi percaya bahwa banyak bentuk batuan ultrabasa dari magma mafik oleh proses, disebut differentiatio magmatik, yang akan kita diskusikan segera. Perbedaan dalam komposisi ditunjukkan paling jelas oleh nilai-nilai SiO2 dan dengan nilai-nilai yang sesuai dari besi dan magnesium. tinggi di mengkristal kuarsa SiO2 dan feldspar magma. Magma rendah SiO2 umumnya tinggi di FeO dan MgO, dan mengkristal mineral ferromagnesian seperti olivin dan pyroxenes.
Tidak semua unsur-unsur dari magma berakhir di batuan beku. Semua magma mengandung gas terlarut, tetapi sebagian besar melarikan diri gas selama pendinginan dan tidak dimasukkan dalam mineral. Uap air dan karbon dioksida yang jauh gas yang melimpah di lava, tetapi sejumlah besar sulfur dioksida, SO2, sulfur, S, nitrogen, klorin, hidrogen, metana, CH4 dan amonia. NH3 telah dikumpulkan pada ventilasi vulkanik. Suasana bumi mungkin berevolusi dengan penambahan gas vulkanik dari interior.
Kelekatan
Viskositas fluida adalah ukuran dari kelesuan dengan yang mengalir, tetapi pada dasarnya adalah kebalikan dari fluiditas. Sebagai contoh, air, molase, dan petroleum jelly tiga cairan terdaftar dalam rangka meningkatkan viskositas. Beberapa lava memiliki viskositas yang sangat rendah dan mengalir seperti sungai cair pada beberapa kilometer per jam, tetapi yang lain memiliki viskositas tinggi dan bergerak hanya beberapa meter per jam.
Viskositas rendah dikaitkan dengan suhu tinggi karena setiap ion kemudian memiliki banyak energi kinetik. Hal ini memungkinkan ion untuk bergerak cepat dan bebas - dua persyaratan suatu zat yang sangat cair. kadar air yang tinggi juga menyebabkan viskositas rendah karena tindakan pelumas air dan karena molekul air polar mencegah ion dari ikatan satu sama lain.
isi SiO2 tinggi, di sisi lain, menyebabkan viskositas tinggi dan sangat perilaku lamban. Hal ini karena daya tarik antara Si4-dan O2-ion begitu kuat bahwa obligasi sementara banyak dari dalam magma, membatasi kebebasan bergerak ion. magma basaltik, dengan kadar rendah SiO2 dan titik lebur tinggi, biasanya yang paling cairan; magma granit yang paling kental.
Kristalisasi dalam kamar magma
Kristalisasi dari jutaan metrik ton magma dalam dapur magma jauh lebih kompleks daripada kristalisasi beberapa gram mencair di laboratorium. Namun, fitur seperti kristal plagioklas dikategorikan dan rims reaksi yang ditemukan di batuan beku menunjukkan bahwa percobaan kami adalah perkiraan yang wajar dari kristalisasi involvedin proses alami. Kompleksitas ditambahkan timbul karena dua alasan: (1) magma alam jauh lebih kompleks kimiawi dari buatan mencair, mengakibatkan sejumlah besar mineral dan lebih sejarah kristalisasi yang terlibat, dan (2) eksperimen dikendalikan dengan hati-hati sehingga tidak ada interupsi atau perubahan komposisi selama masa studi, sedangkan kristalisasi alam dapat berlangsung puluhan atau ribuan tahun, di mana banyak perubahan dalam kondisi fisik dan kimia yang mungkin. Rincian kristalisasi alam dipertahankan dalam tekstur karang sehingga kita mampu mengikuti jalan yang magam alam melalui evolusi ke dalam batuan beku akhir

Urutan kristalisasi:
Reaksi seri Bowen's
Granit berisi beberapa minerals yang menampilkan tiga jenis perilaku kristalisasi. Gabbros juga mengandung mineral yang terbentuk melalui proses yang berbeda. Beberapa mineral memiliki titik lebur yang lebih tinggi dan mengkristal lebih dulu tapi dalam magma beberapa mineral mengkristal secara bersamaan. Bisa dibayangkan bahwa kristalisasi sederhana, terus-menerus, dan terputus-putus dapat terjadi secara simultan di beberapa magma.
N. L. Bowen, Salah satu pionir dalam studi eksperimental pencairan dan kristalisasi, membuat diagram sederhana yang menunjukkan urutan di mana mineral umumnya terbentuk pada magma. diagram tersebut menggambarkan urutan reaksi terputus oleh mineral ferromagnesian yang mengkristal di sisi kiri dan reaksi terus menerus di sebelah kanan. Mineral yang berada di garis horizontal yang sama mengkristal secara bersamaan. Batuan beku terdiri dari mineral yang mengkristal bersama-sama atau dalam kisaran suhu yang sempit. Jadi, mineral yang dekat satu sama lain biasanya ditemukan di batuan beku yang sama, seperti yang ditunjukkan oleh bayangan tersebut. Mineral seperti kuarsa dan plagioklas yang kaya kalsium terpisah jauh dalam diagram, jarang ditemukan di dalam batuan beku.


Diferensiasi magmatik: perubahan sejarah pendingin
Sebuah kristalisasi magma tidak selalu meleleh karena ada beberapa proses dimana ion dapat ditambahkan atau dihapus dari pembekuan magma.. Sebuah magma terbentuk dari beberapa batuan beku yang berbeda. Hal ini tergantung pada sejauh mana proses terbentuknya.. Ion ditambahkan ke magma oleh proses asimilasi. sementara materi menghilangkan pemisahan gravitasi atau dengan menekan filter.
Asimilasi dalam percobaan mencair. Bahan awal ditempatkan dalam wadah emas atau platina sehingga wadah tidak akan bereaksi dengan hasil yang salah malt dan hasil. Namun. Di dalam dinding kamar, magma sering mencair secara lokal oleh panas yang keluar dari magma, dan ion dilepaskan dari dinding batuan magma. dinding batuan yang tergabung dalam suatu batuan beku. inklusi seperti ini disebut xenoliths, berasal dari bahasa yunani Xenos (berarti orang asing) dan lithos (artinya batu).
Setelah ditambahkan ke magma, ion baru dapat mengubah komposisi magma sejauh mineral dapat mengkristal atau komposisi mineral seperti piroksen atau plagioklas mungkin sangat berbeda dari yang diharapkan untuk membentuk magma asli. Perubahan minera ini biasanya paling menonjol di dekat kontak antara pluton dan batuan dinding mereka.
pemisahan kristal Gravitasi Sebagian lebih padat daripada magma orangtua mereka dan oleh karena itu tenggelam ke lantai kamar magma mereka. Proses ini. pengaturan kristal Disebut, efektif menghilangkan kristal awal terbentuk dari reaksi dengan magma sisa (Gambar 4.21). hal ini terutama efektif dalam magma dengan kekentalan rendah karena kristal dapat tenggelam lebih mudah. Magma menjadi-have seolah-olah kristal tidak pernah hadir dan mulai mengkristal seolah-olah untuk pertama kalinya. Telah menyelesaikan kristal dari satu batu, dari magma sisa yang lain.
Salah satu contoh klasik pengendapan kristal berada di ambang pagar, tubuh batu basaltik yang membentuk tebing hampir 300 meter sepanjang pantai barat Sungai Hudson di New jersey dan New York. kristal olivin awal terbentuk yang biasanya telah memasuki reaksi terputus dengan magma bukan diselesaikan ke bagian bawah tubuh dan membentuk batu sebagian besar terdiri dari olivin. Magma reamaining, dipisahkan (Fe.Mg) 2SiO4, mengkristal untuk menghasilkan batu-batu yang ada sangat sedikit olivin, The pengendapan mineral mafik seperti olivine dan piroksen dengan demikian dapat menyebabkan akumulasi dari batuan ultramafik dari magma mafik komposisi,
Filter menekan Proses sebelumnya menganggap bahwa kamar magma tetap tidak terganggu selama pendinginan, tetapi magma umumnya bentuk di daerah ketidakstabilan besar di mana rockare diperas, membentang. Dan patah. Jika ruang magma diperas, cairan di dalamnya dipaksa melalui retakan kecil ke dalam batuan sekitarnya, tetapi kristal padat terjebak terhadap bukaan kecil (Gambar 4.22). proses ini disebut filter menekan karena kristal disaring aut dari magma. Sisa magma bergerak ke lokasi baru, di mana ia mulai mengkristal baru tanpa kemungkinan interating terus menerus atau terputus-putus dengan kristal terpisah.

Gerakan magma
Beberapa magma mungkin crystallizein ruang magma yang sama di mana mereka terbentuk, tetapi kebanyakan dipaksa dari mereka dan mengkristal di tempat lain. Beberapa kekuatan yang menyebabkan gerakan bersifat eksternal, seperti yang menekan ruang magma dan menyebabkan filter menekan. Namun, beberapa pasukan bersifat internal.
Magma tidak begitu padat seperti batu-batu dari mana mereka telah terbentuk dan sebagai hasilnya cenderung naik ke atas di kerak sampai mereka datang dalam kontak dengan batuan kepadatan yang sama. Gerakan ke atas dibantu oleh gas terlarut dalam magma. Gas berkembang sebagai magma naik ke daerah tekanan rendah, karena mereka berkembang, mereka membawa magma semakin jauh ke atas. Dalam beberapa kasus kenaikan bertenaga gas mungkin baik cepat dan kekerasan. Gas berkembang pesat diperkirakan menanggung ke atas dengan cepat melalui kerak, dengan membawa magma yang dihasilkan di dalam mantel. The magma gas didorong menggabungkan blok batuan host sebagai xenoliths saat mereka naik, termasuk beberapa xenoliths dari mantel itu sendiri. Kami melihat dalam bab 3 bahwa berlian bentuk melalui suhu dan pressureof mantel. Kebanyakan berlian berasal dari xenoliths dalam pluton pipa seperti disebut diatremes (figure4.23), yang rock thoughtto akan emplaced dengan mengangkat gas-driven.
Sedikit magma meningkat begitu pesat, dan banyak hanya bergerak perlahan keatas melalui fracturesin host rock. magma mungkin membuat ruang untuk dirinya sendiri dengan proses yang disebut dicabutnya (gambar 4.24). selama dicabutnya, proyeksi magma bergerak sepanjang sudah ada sebelumnya patah tulang sampai mereka menelan blok batuan host. Blok tersebut kemudian terlepas dari lingkungan dan dimasukkan sebagai xenoliths, sedangkan magma mengisi ruang dari mana mereka telah copot.

BATUAN BEKU SEBAGAI PETUNJUK UNTUK MENGETAHUI BAGIAN DALAM BUMI
Batuan beku menyediakan beberapa petunjuk penting tentang komposisi bumi. Sebagai contoh, xenoliths ditemukan di mantel bumi. Sebagian besar xenoliths adalah batuan ultramafik, menunjukkan bahwa komposisi bagian atas mantel adalah ultramafik.
terdapat tiga jenis batuan beku yang paling banyak, ditunjukkan pada Gambar 4.25. yang membuktikan bahwa batuan basaltik ditemukan di seluruh dunia. Batuan Basaltik telah meletus di setiap benua dan membentuk lantai samudera di dunia. Namun, granit dan rhyolites terbatas jumlahnya. pluton granit dan batuan vulkanik rhyolitic terbatas hampir seluruhnya ke benua, dan telah ditunjukkan bahwa rhyolites jarang ditemukan di lautan dibedakan dari magma mafik daripada harus kristalisasi direcly dari magma granit. Dengan demikian, magma granit tampaknya di temukan dari lautan. Batuan andesit bahkan lebih terbatas. Sebagian besar terkonsentrasi di pulau yang terletak di dekat tepi laut, seperti pulau-pulau Aleutian, Jepang, dan Filipina, atau di tepi benua. pantai barat yang baik Utara dan Amerika Selatan misalnya. andesit banyak terdapat di gunung berapi di pegunungan kaskade dan Andes (dari mana andesit itu bernama).
komposisi kerak dan mantel bagian atas didasarkan pada pola distribusi ditunjukkan pada Gambar 4.26, ini menunjukkan perbedaan besar dalam komposisi di bawah lautan dan benua. Kita lihat sebelumnya dalam bab ini bahwa magma granit meleleh pada suhu lebih rendah dari magma basaltik. Jika terdapat cukup energi panas untuk membentuk magma basaltik di bawah laut, harus terdapat cukup panas untuk membentuk magma granit di tempat yang sama. Tidak adanya batuan granit dari lautan karena tidak adanya batuan yang dapat melebur untuk menghasilkan magma granit. banyaknya granit dan riolit di benua menunjukkan komposisi batuan yang hadir di sana tapi tidak di lautan. batuan basaltik ditemukan di benua dan di lautan, menunjukkan bahwa batuan mampu mencair membentuk magma basaltik yang mendasari kedua wilayah tersebut.









PENUTUP
1, Kesimpulan
a. Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik).
b. Pengelompokan atau klasifikasi batuan beku secara sederhana didasarkan atas tekstur dan komposisi mineralnya
c. Pluton adalah istilah umum yang dapat diterapkan untuk setiap massa batuan intrusif terlepas dari ukuran atau bentuk, namun beberapa pluton telah diberi nama khusus didasarkan terutama pada bentuk mereka.
d. magma adalah cairan silikat kental yang pijar terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500–2.5000C dan bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah. Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile (air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan penyebab mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku.
e. Vulkanisme adalah kegiatan yang berkaitan dengan gerakan magma

0 komentar:

Posting Komentar

KOMENTAR DISINI !!!

Iklan

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting